Mini Ice Age - Pita Hujan yang Bergeser Mengancam Indonesia

Wednesday, March 23, 2011

planet evolution (info) ,


Sekali lagi berita buruk untuk Indonesia akibat pemanasan global. Para ilmuan mengamati bahwa pita hujan bumi telah bergeser ke utara dari seharusnya. Pita hujan adalah garis khayal yang menerima jauh lebih banyak hujan daripada daerah lain di bumi. Secara normal, seharusnya ia berhimpit dengan khatulistiwa. Tapi ternyata sekarang sudah tidak normal.

Pita hujan atau lebih dikenal sebagai zona konvergensi antartropis terbentuk akibat pertukaran angin yang menciptakan tekanan rendah di atas perairan khatulistiwa yang dipanaskan matahari. Di Indonesia, kita menyebutnya angin muson barat dan timur, bertemu dan menciptakan pita hujan untuk wilayah Indonesia. tekanan rendah ini juga menciptakan sel-sel tekanan tinggi besar yang mengedarkan panas atmosfer menuju lintang yang lebih tinggi, ke China, Eropa, Amerika, dan mengendalikan sistem cuaca di sana.

Seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, suhu belahan utara Bumi yang meningkat menggerakkan pita hujan ke utara saat periode hangat abad pertengahan (kiri); suhu yang lebih dingin menggesernya ke selatan saat zaman es kecil. Sekarang pita ini sudah mencapai rekor utara sejak 1200 tahun terakhir. Prediksi ilmuan pada peningkatan gas rumah kaca global dapat mendorongnya lima derajat lagi ke utara pada tahun 2100.

Pergeseran pita hujan (Credit : Scientific American)
Bila pita hujan pergi ke utara lima derajat lagi, ratusan juta orang yang hidup di dekat khatulistiwa akan tertinggal dalam kekeringan. Pertanian, perkebunan kopi dan pisang, keanekaragaman tropis di tempat-tempat seperti Ekuador, Kolombia, Indonesia utara dan Thailand akan mengalami penurunan. Kekeringan serius yang terjadi di Amerika Serikat bagian barat daya akan terjadi pula di wilayah yang ditinggalkan pita hujan. Sementara itu, lokasi-lokasi di dalam pita sendiri untuk pertama kali dalam sejarah akan menerima hujan yang lebih banyak dari biasanya, seperti Guam dan El Salvador.

Bukti perubahan potensial ini datang dari berbagai pulau. Pulau Washington di 5 derajat lintang utara sekarang mendapatkan hujan tiga meter per tahun, padahal 400 tahun lalu kurang dari satu meter saja dan penguapan waktu itu sangat kuat. Sebaliknya, dataran tinggi di Pulau San Cristobal pada 1 derajat Lintang Selatan di kepulauan Galapagos yang sekarang mirip gurun, pernah lebih basah di zaman es kecil.

Bukti lain datang dari arkeologi. Field dan Lape (2010) menyelidiki 184 perbentengan kuno di daerah Pasifik, dua diantaranya dari Banda yang didirikan sekitar tahun 550 Masehi. Para arkeolog menyimpulkan kalau di kepulauan Nusantara dan Pasifik Selatan terdapat peningkatan jumlah bangunan benteng yang bertepatan dengan masa ingsutan pita hujan ke selatan terakhir. Setumpuk struktur yang dibangun masyarakat sekitar untuk mencegah banjir dibangun pada saat akhir zaman es kecil. Saat pita hujan bergerak ke selatan, pulau-pulau di utara tertinggal dan mengering, dan mungkin memaksa para penghuninya pergi ke pulau-pulau di selatan dan membuat takut penduduk lokal sehingga mereka membangun benteng.

Teknologi desalinasi dan perkapalan tidak lagi tergantung lagi dengan air hujan, namun gerakan pita hujan lima derajat ke utara akan membahayakan kita yang tinggal di negara berkembang, karena sebagian besar negara yang berada di kawasan tropis adalah negara seperti itu. Sementara itu, negara-negara ini akan mengalami peningkatan populasi besar pada abad ini dan sepertinya tidak bakal memiliki sumber daya yang cukup untuk beradaptasi dengan baik. Penurunan curah hujan, di satu sisi, dan banjir, di sisi lain, sepanjang dekade atau bahkan beberapa tahun saja sudah cukup mengurangi hasil pertanian, membawa pada rawan pangan, kegelisahan politik dan akhirnya pergeseran geografis.

Sebelumnya pada tanggal 23 Agustus 2010

Pemerintah mulai mewaspadai potensi berkurangnya stok pangan dunia akibat bencana alam yang melanda sejumlah negara dan mengakibatkan kerusakan lahan pertanian dan juga meningkatnya permintaan pangan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan hal itu dalam pengarahan kepada para menteri dalam sidang kabinet paripurna yang berlangsung di Kantor Presiden Jakarta, Senin (23/8).

"Antisipasi suplai dan harga pangan dunia, saya harap menteri terkait terus ikuti, dengan bencana yang terjadi mengganggu ketersediaan pangan dunia," kata Presiden.

Presiden menjelaskan, krisis pangan global yang terjadi pada 2008 dapat saja terulang lagi. Meski Indonesia relatif dapat menangani dampak krisis itu di dalam negeri, namun Kepala Negara meminta agar seluruh pemegang kebijakan siaga dan bersikap antisipatif yang baik.

"Yang bersifat domestik kita harus pastikan kecukupan pangan dapat dipenuhi dengan distribusi yang berjalan efisien dan harga terjangkau. Penting adalah panen, stok, pendistribusian hingga penggunaan akhir dan harga. Semua itu saya minta menteri terkait kelola dengan tepat," katanya.

Presiden menambahkan,"menko perekeonomian, saya berharap libatkan gubernur, pimpinan dunia usaha untuk hadapi masalah ini." Walaupun telah ada perkiraan hasil panen dan perkiraan stok yang dimiliki, namun Presiden menyatakan agar hal tersebut tidak menjadi patokan satu-satunya untuk menjamin ketersediaan pangan.

"Yang bersifat domestik kita harus pastikan kecukupan pangan dapat dipenuhi dengan distribusi yang berjalan efisien dan harga terjangkau. Penting adalah panen, stok, pendistribusian hingga penggunaan akhir dan harga. Semua itu saya minta menteri terkait kelola dengan tepat, ambil pengalaman stabilisasi harga pangan lalu," tegasnya.

Sidang kabinet paripurna yang berlangsung di Kantor Presiden mulai pukul 14:00 WIB, dihadiri oleh Wapres Boediono, para menteri, Panglima TNI, Jaksa Agung, dan sejumlah pejabat lainnya. Namun demikian, Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri tidak hadir.

Pada bulan Desember 2010 di Inggris

Headline
Temperatur Desember 2010 di Inggris paling dingin sepanjang sejarah dengan rata-rata minus satu derajat Celcius hingga enam derajat di bawah garis normal. Pengamat memperkirakan zaman es mini ini akan terus berlanjut hingga pertengahan Maret.

Rata-rata temperatur paling rendah sebelumnya terjadi di Desember 1890. Musim dingin ini juga membawa zaman kebekuan paling besar dalam kurun 327 tahun di Inggris.

“Ini sangat tidak biasa mengalami suhu di bawah nol derajat. Sebelumnya, fenomena itu hanya pernah terjadi di Februari 1986,” kata pengamat cuaca Inggris Brian Gaze.

Cuaca hari terakhir bulan Desember akan diwarnai kesenduan di hampir seluruh wilayah Inggris karena penuh salju dan kabut. Secercah cahaya hanya muncul di barat Wales, Skotlandia timur dan timur laut Inggris. Angin akan sedikit menyegarkan kawasan utara Skotlandia pada 1 Januari.

Sayangnya, berita buruk tetap berlanjut di awal tahun 2011. Cuaca di hampir seluruh Inggris akan berawan dan gerimis kecil. Namun, berubah terang di kawasan utara pada sore hari.

Data di Inggris menunjukkan peningkatan yang cukup drastis terkait catatan jumlah orang yang di rawat di rumah sakit setelah terluka pada musim dingin bersalju ini. Sekitar 18.570 orang mengalami patah tulang dan beberapa luka jatuh dari April 2009 hingga Maret 2010. Jumlah ini meningkat 143% dari tahun sebelumnya.
Presiden Asosiasi Ortopedi Inggris Peter Kay mengatakan angka di musim dingin ini akan terus bertambah buruk.

Bersiaplah Indonesia untuk masa depan. Jika tidak ada peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang tanaman pangan serta kemauan pemerintah untuk mencapainya, negara ini bisa jadi krisi pangan.

Berita :
Sachs, J.P., Myhroold, C.L. A Shifting Band of Rain. Scientific American, March 2011, pp.80- 84
Referensi :
Field, J.S., Lape, P.V. 2010. Paleoclimates and the Emergence of Fortifications in Tropical Pacific Islands. Journal of Anthropological Archaeology, Vol. 29, No. 1, pp. 113-124
Mann, M.E. et al. 2008. Proxy-Based Reconstruction of Hemispheric and Global Surface Temperature Variations over the Past Two Millennia. Proceedings of the National Academy of Sciences USA, Vol. 105, No. 36, pp. 13252-13257
Sachs, J.P. et al. 2009. Southward Movement of the Pacific Intertropical Convergence Zone AD 1400-1850. Nature Geoscience, Vol. 2, No.7, pp.519-525.

0 komentar:

Post a Comment

silahkan memberikan komentar anda terhadap artikel ini