Bangsa Sumeria dan Legenda Air Bah

Sunday, August 22, 2010

planet evolution (info) ,

Orang Sumeria adalah bangsa kuno di kawasan Timur Tengah pada 3500 tahun Masehi,
dari daerah gurun pasir Irak masa kini tergali pelat lumpur sfenogram (tulisan
paku) yang cukup besar, di mana tercatat legenda atau mitologi Mesopotamia.




src="http://erabaru.or.id/images/13_17_03.jpg" width=184 height=140>Disebutkan
pada zaman dahulu kala bumi pernah mengalami sebuah banjir badang (besar) yang
menggemparkan. Di atas pelat lumpur terdapat catatan yang menakjubkan: Pada masa
yang lama, 4 dewa bersama-sama menguasai bumi ini: dewa langit, dewa pelindung,
dewi perang dan damai, serta dewa air. Di antaranya dewa air paling
memperhatikan manusia, adalah dewa pelindung manusia. Pada masa itu, di bumi
penduduknya padat, manusia terus berkembang biak, seluruh dunia dipenuhi suara
keras, bagaikan benteng liar yang meraung, gaduhnya membuat dewa langit tidak
bisa tidur. Dewa pelindung mendengar suara ribut manusia, lalu berkata pada
semua dewa: “Hiruk-pikuk manusia benar-benar memekakkan telinga, gaduhnya
membuat kita tidak bisa tenang.” Lalu, semua dewa memutuskan memusnahkan
manusia.


Dewa air merasa kasihan pada manusia. Dia ke istana raja, berdiri di luar
tembok berkata pada raja di istana, di dunia manusia akan segera terjadi sebuah
bencana besar, harus segera membuat kapal, untuk melindungi jiwa keluarga.
“Bongkar rumah Anda, buat sebuah kapal, buang semua harta kekayaan, segeralah
menyelamatkan diri! Jangan merasa berat meninggalkan semua harta benda,
menyelamatkan roh lebih penting dengarkan baik-baik, segeralah bongkar rumahmu,
menurut ukuran yang ditentukan untuk membuat kapal dengan ukuran panjang dan
lebar seimbang. Simpan semua bibit makhluk hidup di dunia ke dalam kapal.”


Raja tidak berani menentang, segera mulai membuat kapal. Dan memindahkan
semua harta ke dalam kapal, serta menyimpan semua bibit makhluk hidup ke dalam
kabin. Setelah sekeluarga masuk kapal, baru memasukkan sapi, kuda dan binatang
lainnya serta tukang dari berbagai macam keahlian ke dalam kapal. Hari itu
bencana akhirnya tiba. Begitu fajar menyingsing, muncul segumpalan awan hitam di
langit, dewa topan mencambuk dan menderapkan kuda, mengeluarkan ledakan
halilintar, siang hari berubah menjadi malam. Itu berlangsung selama 6 hari 6
malam, badai dan banjir bergemuruh dahsyat bersamaan, banjir menenggelamkan
segenap dunia. Hari ke-7 dini hari, badai reda, permukaan laut berangsur-angsur
tenang kembali, banjir mulai surut. Rakyat di atas bumi semuanya terkubur di air
yang tampak di sekeliling adalah air yang sangat luas kira-kira lebih dari 40
li, di dalam air berdiri tegak sebuah gunung. Kapal hanyut ke sana, dan kandas
di gunung.


Raja menambatkan kapalnya erat-erat di atas gunung Nixiel pada hari ke-7
subuh, raja membuka sangkar burung dan melepaskan seekor merpati, ia berputaran
sejenak di atas permukaan air, tidak menemukan dahan kayu yang bisa digunakan
untuk bertengger, dan terbang kembali ke atas kapal. Raja lalu mengeluarkan
seekor walet, ia juga tidak menemukan tempat untuk berpijak, mau tidak mau
kembali lagi. Raja mengeluarkan lagi seekor gagak, melihat banjir sudah surut,
ia merasa gembira hingga mengaok terbang ke 4 penjuru, mencari makanan, dan
dalam sekejap mata hilang tak membekas.


Tahun 1992, arkeolog Inggris Sir Rondenna Woolly, mulai mengadakan penggalian
terhadap kawasan gurun pasir Mesopotamia antara Boswan dan Irak, dan hasilnya
menemukan bekas peninggalan kota negeri kuno Sumeria menemukan makam keturunan
raja kota tersebut. Di bawah lubang lurus kuburan itu, Woolly dan para
asistennya menemukan lapisan onggokan tanah liat bersih yang tebalnya 2 meter
lebih. Dari manakah lapisan tanah liat bersih yang tebalnya mencapai 2 meter
itu? Setelah melalui penelitian dan analisa terhadap tanah liat menunjukkan,
bahwa lapisan tanah liat yang bersih itu termasuk lumpur setelah endapan banjir.
Dari situ dapat ditarik kesimpulan: Sebelum manusia menggunakan pelat lumpur
mencatat sejarah, kawasan tersebut pernah terjadi banjir yang maha dahsyat, yang
cukup menghancurkan peradaban Sumeria, bahkan segenap peradaban manusia.


Yang membuat orang merasa tergoncang adalah catatan-catatan itu bukan hanya
terdapat catatan kuno Sumeria, dalam pelat lumpur lainnya yang tergali di Irak,
juga terdapat kisah yang serupa, bahkan di antaranya ada sejumlah pelat lumpur
yang masa sejarahnya hampir 5.000 tahun.


Bencana di Negeri Lain
Dalam legenda India, bencana air bah juga pernah
terjadi. Diceritakan seorang biksu pertapa bernama Mo Nu saat sedang mandi di
sungai Gangga, tanpa sengaja telah menyelamatkan seekor ikan. Sang ikan
memberitahu kepadanya, dalam musim panas tahun ini, air bah akan menggenangi,
dan akan memusnahkan segala makhluk hidup, ia mengingatkan supaya sang pertapa
bersiap diri. Ketika air bah meluap, sang ikan menarik kapal pertapa itu ke
tempat yang aman. Setelah itu, anak cucu sang pertapa bertambah banyak dan
menjadi nenek moyang orang India, dan kitab hukum Mo Nu juga telah diwariskan
olehnya.


Legenda suku bangsa Babilonia juga menceritakan: Dewa sangat murka pada
manusia, lalu memutuskan mengirim air bah memusnahkan manusia. Sebelumnya dewa
pernah berpesan pada seorang kakek di muara sungai untuk memilih sebuah kapal,
mempersiapkan segala sesuatunya, kemudian turunlah hujan lebat selama 7 hari,
hanya gunung memperlihatkan permukaan airnya.


Di antara lebih dari 130 suku Indian benua Amerika hampir tidak ada satu suku
yang tidak menjadikan air bah sebagai tema legenda. Dalam dokumen kuno Meksiko
digambarkan: “Langit mendekati bumi, dalam satu hari, semua manusia musnah,
gunung juga tenggelam di tengah-tengah banjir.” Catatan dalam kitab suci bangsa
Maya juga menyebutkan: “Ini adalah bencana dahsyat yang memusnahkan makhluk
hidup, sebuah bencana banjir, orang-orang mati tenggelam di tengah hujan lebat
yang turun dari langit”.


Begitu juga dalam budaya penduduk asli di kepulauan Polinesia Oseania, juga
terdapat legenda tentang air bah. Bahkan berbagai macam ingatan, di mana air
mendadak naik dari samudera.
Ahli etnologi Inggris pernah menunjukkan bahwa
di antara 130 lebih suku Indian di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan, pasti terdapat legenda tentang banjir besar sebagai tema.


Melalui catatan bersama seluruh dunia, kita dapat memastikan bahwa manusia
pada zaman dulu pernah mengalami sebuah bencana banjir yang mematikan. Bangsa
yang bermukim berpencaran di setiap negeri, meskipun telah mengalami waktu yang
sangat lama, tetap menyimpan ingatan sama, dan hal ini tidak mungkin merupakan
legenda yang dibuat sekehendak hati, maka kami menganggap bahwa semua legenda
banjir itu sebenarnya sedang menyampaikan kebenaran sejarah yang sama. Dalam
kitab suci beberapa agama seperti Injil dan Al-Quran bahkan disinggung cerita
tentang air bah pada masa Nabi Nuh.


Lalu, selain banjir dahsyat tersebut, kenyataan apa saja yang masih tersimpan
pada legenda itu? Petama-tama secara logika, coba renungkan: Jika memang setiap
bangsa pada saat bersamaan mengalami bencana itu, namun, sebelum bencana, apakah
setiap bangsa telah mengembangkan peradaban yang sangat tinggi. Ketika bencana
yang mematikan itu berlalu, sejumlah kecil orang mulai membangun peradaban lagi,
karena tidak ada sarana pencatat, antara kisah yang diceritakan secara lisan
timbul perbedaan, maka telah menjadi perbedaan kisah legenda saat ini. Namun,
mengapa legenda itu secara umum tidak menyinggung tentang peradaban masa lalu,
malah sebaliknya meninggalkan, seperti: kemerosotan manusia, tuhan atau dewa
menghukum manusia, ini kan, jenis legenda yang kita anggap sekarang?


Coba pikirkan, sejumlah kecil nenek moyang manusia yang tersisa setelah
bencana waktu itu, dengan mata kepala sendiri melihat keadaan manusia yang
dimusnahkan, akan terukir dalam lubuk hati suasana waktu itu, yang paling mereka
harapkan adalah agar anak cucu generasi berikutnya menjadikannya sebagai
pelajaran. Tersebar dengan catatan bahasa tulisan yang resmi, semua ini pasti
merupakan ingatan dan pelajaran yang pahit!


Karenanya legenda itu sendiri adalah pelajaran yang paling penting! Apakah
yang akan diberitahukan kepada kita legenda-legenda yang telah ditinggalkan oleh
leluhur kita? Tahun dan waktu samar-samar dapat mengurangi ingatan manusia,
tulisanlah yang paling dini digunakan untuk mencatat segala peristiwa, karenanya
Tiongkok sejak dini mempunyai catatan, mencatat peristiwa terutama perihal yang
penting, yang tidak boleh dilupakan, pelajaran yang pahit. Dilihat dari
pandangan ini, asal mula semua suku bangsa, perkembangannya akan sama.


Secara umum lihatlah gambaran setiap suku bangsa di dunia, kita temukan sebab
utama banjir dahsyat adalah, manusia telah merosot akhlaknya, telah hilang sifat
baiknya, maka tuhan menurunkan banjir dahsyat untuk melenyapkan manusia, hanya
sejumlah kecil manusia baik yang dapat meneruskan hidupnya. Kenyataan ini, bagi
anak cucu generasi sekarang, biar bagaimanapun juga leluhur kita menguraikannya,
pasti akan dianggap sekadar legenda. Begitu banyak temuan arkeologi peradaban
prasejarah yang tidak dapat dijelaskan dan wujud legenda manusia yang demikian
sama, memberitahu pada kita bahwa legenda adalah sejarah yang sebenarnya.

0 komentar:

Post a Comment

silahkan memberikan komentar anda terhadap artikel ini