planet evolution (info) ,
Beberapa waktu yang lalu, National Geographic merilis informasi tentang tujuh satwa terbaru yang masuk daftar ambang punah. Daftar itu meng-update ribuan spesies makhluk hidup yang sudah masuk sebelumnya (banyak di antaranya berada di Indonesia). Dan inilah beberapa satwa yang kurang beruntung tersebut:
Gorilla
Nasib primata terbesar ini sangat tragis. Seperti dirilis Newsweek edisi akhir Agustus lalu, banyak sekali Gorilla yang dibunuh for no reason. Pihak jagawana masih mencari kenapa banyak milisi yang "dendam" ke Gorilla dan menjadikan mereka buruan "iseng" untuk mengahbiskan stok amunisi dari senapan otomatis mereka (rata-rata ditembak dengan brutal, dengan tidak ada organ, daging atau kulit yang diambil, tetapi tetap dimutilasi). Banyak yang menduga Gorilla terpaksa share habitat mereka dengan pengungsian milisi pemberontak di Afrika karena hutan basah tempat mereka tinggal kini dibabat untuk perkebunan kelapa sawit.
Lumba-Lumba Air Tawar Cina
Mammalia eksotis ini mengoverlap kerabatnya di Amazon dengan masuk ke status dugaan punah (possibly extinct). Frekuensi kemunculan Baiji, nama lokalnya, sangat langka dan terakhir ada laporan bahwa Agustus lalu spesies ini masih terlihat di beberapa titik. Tetapi, seperti halnya penghuni sungai lain, Baiji menyusut drastis akibat bentrok kepentingan dengan manusia untuk penguasaan sungai. Baiji tidak memangsa manusia, melainkan ikan. Tetapi Baiji akan cepat mati jika mengkonsumsi sampah manusia dan terutama mutasi genetis yang merugikan akibat pembuangan limbah. [image]
Elang Bangkai Mesir
Elang bangkai dari negeri Firaun ini juga mulai menyusut drastis lantaran mereka tercemar insektisida yang residunya mengumpul di mangsa-mangsa mereka. Selain itu, masalah klasik seperti habitat yang menghilang dan makin menghilangnya pasokan mangsa membuat lima spesies sekaligus dari kerabat elang bangkai mulai menghilang dari udara Mesir. [image]
Ular Derik Santa Calina
Perbedaan dengan ular derik di gurun-gurun Amerika Utara adalah kulitnya yang tidak terlalu mengkilap karena suhu udara di Santa Calina relatif lebih rendah daripada di gurun. Tetapi itu juga merupakan bencana karena perburuan akan kulit langka mereka menjadi tidak terkendali. [image]
Ikan Kardinal Banggai
Seperti biasa, negeri kita kembali menyumbang daftar kepunahan dengan mengantar ikan yang banyak diburu sebagai ikan hias ini daftar spesies terancam di 2007. Ikan kardinal dari Kepulauan Banggai, Indonesia mengikuti tren umum krisis perikanan, di mana perburuan dan polusi besar-besaran menyusutkan secara drastis populasi ikan di lautan bumi. Meski yang menjadi sasaran adalah ikan-ikan konsumsi, tetapi beberapa ikan lain termasuk ikan kardinal turut menjadi korban atas penangkapan ikan secara membabi buta. Selain itu, perubahan iklim juga sangat mempengaruhi ekosistem bawah laut. [image]
Gharial
Kerabat terdekat Gavial (sama-sama bermoncong sisir), dari India dengan ukuran yang mengesankan (beberapa sampai 6 meter panjangnya). Meski berukuran raksasa, Gharial TIDAK pernah memangsa manusia, dan bahkan jauh lebih kalem daripada buaya biasa dengan hanya mengonsumsi ikan (moncongnya digunakan untuk menyaring ikan). Gharial hidup di air tawar, so, penyusutan jumlah spesies ini tidak jauh dari kasus Baiji berupa permasalahan dengan tempat tinggalnya yang tercemar.
Krisis koral menjangkit di seluruh dunia. Pemboman ikan, polusi serta perubahan iklim sangat mendukung penyusutan jumlah koral yang menjalankan simbiosis mutualisme dengan beberapa ikan di gugusan karang. Musnahnya koral terutama diidentifikasi di wilayah samudra Pasifik dan Hindia.
Asal diketahui, bahwa tujuh daftar spesies yang masuk list tersebut hanyalah sekitar 0.6% dari total spesies yang berada di daftar. Adalah tangan kita, homo sapiens, yang rata-rata menyebabkan timbulnya daftar tersebut. Adalah tanggung jawab kita pula untuk mencegah daftar tersebut direalisasi menjadi daftar kepunahan. Kita tidak bisa hidup tanpa makhluk hidup lain. Semua agama menggaransi hal itu.
0 komentar:
Post a Comment
silahkan memberikan komentar anda terhadap artikel ini