planet evolution (info) ,
JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan pengamatan kondisi atmosfer dan kelautan setahun terakhir di wilayah Indonesia, Samudra Hindia, serta Pasifik, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyimpulkan bahwa musim kemarau di sebagian besar wilayah akan mundur 20-40 hari.
Wilayah barat Pulau Sumbawa yang seharusnya memasuki musim kemarau sejak pertengahan dan akhir April lalu ternyata masih ada hujan lebat yang menyebabkan banjir bandang awal Mei ini. Adapun awal kemarau di Jakarta diperkirakan masih sama dengan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yakni pertengahan Mei atau awal Juni.
Sejumlah daerah di Jawa Barat, seperti Garut yang baru dilanda longsor, dan daerah lain dengan risiko tinggi longsor masih perlu sangat hati-hati. Kemarau di selatan Jabar diperkirakan baru mulai akhir Juni.
"Normalnya awal kemarau di Jawa terjadi bulan April. Kemarau tahun ini akan datang awal Juni," kata Kepala Pusat Iklim, Agroklimat, dan Iklim Maritim BMKG Nurhayati, Minggu (8/5/2011).
Di pantai utara Jawa, terutama Karawang yang merupakan sentra padi, kemunduran musim akan berdampak positif. ”Hingga akhir Mei, wilayah itu masih relatif banyak hari hujan. Informasi ini dapat dimanfaatkan petani untuk kembali bertanam padi awal bulan ini,” tuturnya.
Sebaliknya, kemunduran kemarau berdampak negatif bagi produksi garam dan perkebunan tebu. Bila mendapat banyak hujan, kadar gula tanaman tebu justru akan berkurang. Sebaliknya, kadar airnya bertambah tinggi.
Sifat hujan
Adapun sifat hujan musim pancaroba seperti sekarang akan berlangsung singkat dengan intensitas tinggi, terkadang disertai angin kencang. Sebelum hujan, Matahari bersinar terik dan udara terasa gerah.
"Ditambah tekanan rendah dan siklon tropis Aere, curah hujan jadi lebih lebat dan lebih lama," kata Kepala Subbidang Peringatan Dini Iklim BMKG Erwin ES Makmur.
Menurut dia, siklon/badai tropis Aere menyebabkan lebatnya hujan selama awal Mei. Siklon merupakan daerah bertekanan lebih rendah dibandingkan sekitarnya sehingga angin bergerak menuju lokasi siklon.
Siklon di barat laut Halmahera membuat wilayah Indonesia banyak dilalui angin pembawa uap air. Akibatnya, awan hujan banyak terbentuk di atas Indonesia yang membuat hujan di musim pancaroba berlangsung sporadis.
Badai juga membuat gelombang laut setinggi 3-5 meter berpeluang besar terjadi di Laut Halmahera, Samudra Pasifik di utara Indonesia, serta perairan Filipina.
Pengelolaan lingkungan
Cuaca ekstrem akhir-akhir ini ditambah kian buruknya kualitas lingkungan membuat berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan longsor makin sering terjadi. Buruknya kualitas lingkungan ditandai maraknya penggundulan hutan, penyalahgunaan tata ruang, buruknya pengelolaan daerah aliran sungai, hingga pendangkalan sungai.
"Berbagai bencana akibat buruknya lingkungan ini bisa memengaruhi kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf.
Saat ini penataan lingkungan membutuhkan perhatian khusus dan serius. Tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi butuh waktu panjang.
Menurut Sonny, pembangunan ekonomi seharusnya mengacu pada kemampuan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Daerah tak bisa asal mengejar keuntungan sesaat.
Penggunaan wilayah juga harus mengacu pada tata ruang yang telah disepakati, bukan mengorbankan fungsi tata ruang untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi tanpa terjaminnya kondisi lingkungan tak akan mampu menyejahterakan masyarakat. Yang terjadi, pengelolaan lingkungan masih tumpang tindih antarlembaga dan pemerintahan.
0 komentar:
Post a Comment
silahkan memberikan komentar anda terhadap artikel ini