Jika Ditemukan Columbus, Mengapa Benua Amerika Tidak Dinamakan Benua Columbia?

Saturday, October 9, 2010

planet evolution (info) ,



Jika Christopher Columbus adalah penemu benua Amerika, maka mengapa benua itu dinamakan benua Amerika dan bukan benua Columbia? Apalagi, nama Amerika berasal dari nama Amerigo Vespucci, yang hanya salah satu asisten dari Columbus.

Christopher Columbus


Sebuah peta dunia berusia 500 tahun, menjawab mengapa nama Amerika ditera secara permanen pada benua yang ditemukan Columbus itu, hari Kamis (13/12) dipajang di Perpustakaan Kongres AS di Washington DC. Peta ini dibuat oleh biarawan asal Jerman, Martin Waldseemuller, tahun 1507.


Martin Waldseemuller

Waldseemuller yang tinggal di desa St Die, wilayah yang kini berada di Provinsi Lorraine, Perancis, dalam peta yang dibuat setahun setelah kematian Columbus sudah menyebutkan jelas Benua Amerika. Seharusnya, peta tersebut menyebutkan Benua Columbia, apalagi baru lewat setahun dengan kematian Columbus di Valladolid, Spanyol, 20 Mei 1506.


Saat itu peta Waldseemuller dibuat sebanyak 500 salinan, tetapi hanya satu yang bisa bertahan selama lebih dari lima abad. Rupanya, sebuah keluarga bangsawan Jerman selama ini hampir 400 ratus tahun menyimpan peta ini di ruang perpustakaan di kastil mereka.

http://www.farwellian.com/wp-content/uploads/2009/10/800px-Waldseemuller_map_2.jpg
Peta dunia karya Martin Waldseemueller tahun 1507

Peta ini baru ditemukan pada tahun 1901. Kongres AS yang merasa berkepentingan pada peta ini kemudian membelinya pada tahun 2003 senilai 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 93 miliar.

Kongres merasa perlu membayar mahal berkenaan dengan sebutan jelas nama Benua Amerika. Bahkan juga secara jelas membelah belahan bumi Barat dengan dua samudra yang kemudian dikenal dengan Samudra Atlantik dan Pasifik.

Nama America terpampang pada peta tersebut

“Ini juga dokumen pertama dalam bentuk apa pun yang memunculkan nama Amerika,” ujar John Hebert, Kepala Divisi Peta dan Geografi pada Perpustakaan Kongres, kepada wartawan. Hebert juga menegaskan bahwa ini peta pertama yang menggambarkan pemisahan dan seluruh belahan bumi Barat dengan dua samudra.

Peta karya Waldseemuller cukup besar, dengan panjang 2,32 meter dan lebar 1,20 meter. Terdiri dari 12 jalur. Akurasi dari peta yang menggambarkan Benua Amerika ini cukup mengudang decak kagum para ahli.
“Sekitar 80 persen dari peta ini tepat,” ujar Hebert. “Margin kesalahan juga hanya sekitar 70 mil pada khatulistiwa,” katanya menambahkan.

Lantas mengapa bisa nama Amerika yang muncul di peta dan bukan nama Columbia? Besar kemungkinan, Waldseemuller membuat peta berdasarkan informasi dan keterangan yang diberikan Amerigo Vespucci, asisten Columbus. Maklum, saat itu Columbus sudah meninggal dunia.


“Saya menduga telah banyak perjalanan ke benua itu antara tahun 1492 dan tahun 1506, dan bahwa ada kemungkinan orang Spanyol dan Portugal sudah berlayar ke Amerika Latin dan melintas ke pantai barat Amerika,” kata Hebert.

Waldseemuller menerakan nama Amerika pada peta yang dibuatnya tahun 1507 ini. Penjelasan “Terra Incognita” atau “tanah yang belum pernah dikenal” pada benua baru tadi sudah tidak dipakai lagi. Sejarawan lantas bertanya mengapa nama Vespucci yang dipakai dan bukan Columbus yang justru sebagai sebagai penemu pada tahun 1492.

Jay Kislak, seorang banker yang juga memberikan sebagian koleksi petanya, termasuk peta karya Waldseemuller tahun 1516, kepada Perpustakaan Kongres AS, menduga nama Amerika yang muncul karena kelincahan dan relasi Vespucci yang kian luas.

“Vespucci jelas punya kontak yang lebih baik dengan media daripada Columbus. Dia punya kemampuan relasi yang lebih baik. Dia juga bisa menulis lebih baik. Dia juga berasal dari kelas atas, seorang navigasi, bekerja pada ahli medis,” ujarnya.

Spekulasi Kislak sangat masuk akal..

“Itu sebabnya, kita mengenal Amerika, dan bukan Columbia. Inilah kekuatan dari media,” ujar Kislak.
Tidak heran mengapa Waldseemuller menera nama Amerika pada benua baru yang tadinya masih terra incognita itu. Amerigo Vespucci yang lebih terbuka, jelas dan rinci, dan pandai menulis.

Read more: http://wawanwae.blogspot.com/2009/01/cara-membuat-related-post-posting.html#ixzz0rTVhPOvn
READ MORE - Jika Ditemukan Columbus, Mengapa Benua Amerika Tidak Dinamakan Benua Columbia?

70 Virginis b

planet evolution (info) ,
70 Virginis b adalah sebuah planet ekstrasurya sekitar 60 tahun cahaya di konstelasi Virgo. Diumumkan pada tahun 1996 oleh Geoffrey Marcy dan R. Paul Butler, 70 Virginis adalah salah satu bintang pertama yang dikonfirmasi telah memiliki planet yang mengorbit 70 Virginis. Ketika pertama kali diumumkan, 70 Virginis b dianggap berada dalam zona habitasi (dalam "Goldilocks zone"), tetapi kemudian ditegaskan bahwa planet 70 Virginis b memiliki orbit eksentrik, dekat dengan induknya.





Karakteristik



Kecepatan radial perubahan dari waktu ke waktu pada 70 Virginis disebabkan oleh orbit 70 Virginis b.

70 Virginis b adalah sebuah planet gas raksasa ekstrasurya yang 7,5 kali massa Jupiter. Gravitasi permukaan planet tersebut diperkirakan sekitar enam hingga delapan kali dari gravitasi Jupiter. Pada saat penemuan pada Januari 1996, diyakini bahwa bintang itu hanya sejauh 29 ly sehingga bintang menjadi kurang bercahaya berdasarkan ukurannya. Akibatnya orbit planet dianggap di zona layak huni dan planet dijuluki Goldilocks (tidak terlalu dingin atau terlalu panas).

70 virginis b (Celestia).jpg

70 Virginis b (Artist's impression)
Parent star
Star 70 Virginis
Constellation Virgo
Right ascension (α) 13h 28m 25.8s
Declination (δ) +13° 46′ 43.5″
Apparent magnitude (mV) 5.00
Distance 59.1 ly
(18.1 pc)
Spectral type G2.5Va
Mass (m) 1.1 M
Radius (r) 1.858 ± 0.124 R
Temperature (T) 5770 K
Metallicity [Fe/H] −0.03
Age
8.2 Gyr
Orbital elements
Semimajor axis (a) 0.484 ± 0.028 AU
Eccentricity (e) 0.4007 ± 0.0035
Orbital period (P) 116.6884 ± 0.0044 d
Argument of
periastron
(ω) 358.71 ± 0.54°
Time of periastron (T0) 2,447,239.82 ± 0.21 JD
Semi-amplitude (K) 316.3 ± 1.7 m/

Comparison to Solar System

Sun

70 Virginis


Read more: http://wawanwae.blogspot.com/2009/01/cara-membuat-related-post-posting.html#ixzz0rTVhPOvn
READ MORE - 70 Virginis b

Fenomena Desa Yang Penduduknya Kembar Semua

Wednesday, October 6, 2010

planet evolution (info) ,
Kembaran
Berkelilinglah di Desa Kodinji di pedalaman India. Anda akan terheran-heran mengapa Anda kerap kali bertemu orang yang sama. Tapi keheranan akan hilang, jika Anda tahu tengah berada di Desa Kembar. Desa yang terletak jauh di pedalaman India ini merupakan tempat tinggal 204 pasangan kembar. Anda merasa aneh? Anda tidak sendirian, para dokter pun demikian.

Para dokter mempertanyakan kenapa terdapat banyak pasangan kembar di desa ini padahal mereka tidak memiliki pola diet khusus dan juga tak mengonsumsi obat kesuburan. Tapi demikianlah faktanya.

Desa ini memiliki angka rata-rata pasangan kembar melebihi angka rata-rata dunia. Bahkan, seperti dilansir Reuters, saat sebuah survei dilakukan awal tahun ini, ada lebih dari lima wanita Kodinji tengah hamil bayi kembar.


"Fenomena luar biasa. Ada sebuah desa yang membuat para dokter tercengang, dengan fenomena kembar dalam sebuah masyarakat yang tidak terpapar obat-obatan dan bahan kimia berbahaya," ujar Krishnan Sribiju, yang tengah melakukan penelitian.

Para peneliti mencurigai ada faktor lingkungan yang berkaitan dengan fenomena ini. Walaupun belum dapat dipastikan, air yang dikonsumsi masyarakat sekitar dicurigai sebagai penyebab fenomena kembar.

"Seluruh faktor penyebab bayi kembar di seluruh dunia tidak ada di sini," ujar Sribiju. Aneh bukan?

Read more: http://wawanwae.blogspot.com/2009/01/cara-membuat-related-post-posting.html#ixzz0rTVhPOvn
READ MORE - Fenomena Desa Yang Penduduknya Kembar Semua

Mesonychids

planet evolution (info) ,

A  reconstruction of Andrewsarchus, the largest known mesonychid or hoofed  predator, a from the documentary Walking With Prehistoric Beasts. This  screenshot is copyrighted by those who own the copyright to the film.
Ilustrasi Mesonychids

Hello Brother...sekarang kita bahas tentang Mesonychids, Mesonychid adalah salah satu kelompok ungulates yang telah punah semenjak zaman Oligocene awal, tapi seringkali dilaporkan adanya penampakan predator mirip kucing atau anjing yang memiliki kuku. Salah satu contohnya adalah Beast of Gévaudan, dimana beberapa laporan menjelaskan bahwa makhluk tersebut berbentuk seperti serigala besar yang memiliki kuku, bukan cakar dan juga di gambarkan mempunyai tanduk seperti rusa.


Mesonychids dilihat dari betuk fisiknya seperti campuran antara serigala, beruang, kucing, berang-berang, hyena atau predator modern lainnya dan ukurannya sebesar kuda. Para ilmuan mengatakan,mungkin saja semua mesonychids tidak punah karena banyak laporan yang mengenai penampakan hewan ini di daerah Amerika Selatan yang penduduk sekitar menyebutnya tapire-iauara. "Kucing bertanduk", bahkan di prancis mahkluk ini di sebut "Beast of Gevaudan" seperti yg td saya sebutkan diatas.
Andrewsarchus
Andrewsarchus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Infrakelas: Eutheria
Superordo: Laurasiatheria
Ordo: Mesonychia
Families

Ada yang beranggapan bahwa Mesonychids ialah Chupacbra dan menurut saya itu mungkin saja karena dilihat dari bentuk fisik mereka sangatlah mirip hanya saja ukurannya yang berbeda Mesonychids yang dikatakan seukuran kuda sedangkan Chupacbra seukuran anjing pd umumnya dan mungkin juga Mesonychid berevolusi dalam jangka waktu tertentu menjadi seukuran Chupacbra dikarenakan foktor alam yang mengharuskan mereka berubah baik dari bentuk fisik dan ukurannya,
Chupacbra
Mesonychids tidak mendapatkan banyak perhatian dari cryptozoologists, tetapi paling tidak ada sedikit kemungkinan bahwa satu atau dua spesies mungkin telah bertahan di beberapa sudut terpencil di hutan hujan tropis. Para ilmuan berharap apabila ditemukan akan menjadi penemuan terbesar dalam sejarah.

Read more: http://wawanwae.blogspot.com/2009/01/cara-membuat-related-post-posting.html#ixzz0rTVhPOvn
READ MORE - Mesonychids

Apakah ada kehidupan di planet Gliese 581g?

planet evolution (info) ,Para astronom sepertinya telah menemukan kesibukan baru, yaitu mengamati sebuah planet yang disebut sebagai kembaran bumi. Planet ini memiliki karakteristik yang sepertinya bisa menampung kehidupan. Jadi, mungkin kita memang tidak sendirian di alam semesta yang luas ini.


Bagi kalian yang belum mengetahui penemuan ini, biarlah saya berikan sekilas informasinya. Maaf kalau membosankan.

Gliese 581
Semuanya bermula dari sebuah bintang yang bernama Gliese 581. Nama Gliese (baca: Glee-Zuh) berasal dari nama astronom Jerman, Wihelm Gliese, yang pertama kali mengkatalogkan bintang ini pada tahun 1957.

Bintang ini adalah bintang kerdil/katai merah (red dwarf), salah satu jenis bintang yang paling umum di galaksi bimasakti. Ia terletak di konstelasi Libra, massanya sekitar sepertiga matahari dan jaraknya dari bumi sekitar 20,5 tahun cahaya. Ini membuat Gliese 581 menjadi bintang terdekat ke-117 dari bumi. Memang cukup jauh. Tanpa teleskop, kita tidak akan bisa melihatnya.

Namun, Gliese 581 memiliki satu kelebihan, dan ini sudah cukup membuatnya menjadi primadona terbaru para astronom.

Habitable Zone
Menurut para astronom, salah satu cara untuk menemukan kehidupan di planet lain adalah dengan menemukan terlebih dahulu unsur pendukung kehidupan. Dan unsur yang paling utama adalah air.

Sepanjang pengetahuan kita sebagai manusia, planet Bumi adalah satu-satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya. Tuhan menciptakan planet ini begitu sempurna sehingga Ia meletakkan posisinya pada jarak yang tepat dari matahari.

Jika bumi lebih dekat ke matahari 1 persen saja, maka makhluk hidup akan terpanggang dan air di dalamnya akan menguap dan menghilang. Jika bumi lebih jauh dari matahari 1 persen saja, maka seluruh makhluk hidup akan mati karena suhu rendah dan air di permukaannya akan membeku.

Posisi bumi terhadap matahari ini disebut Habitable Zone atau Goldilocks Zone. Pada posisi ini, air tidak menguap atau membeku, dengan demikian kehidupan dapat berkembang.

Planet Gliese 581g
Pada pengamatan terakhir, para astronom menemukan paling sedikit ada 400 planet yang mengorbit bintang-bintang di belakang matahari (Extrasolar). Enam planet diantaranya mengorbit bintang Gliese 581. Dan planet-planet itu berada pada posisi Habitable Zone. Inilah yang membuat penemuan ini cukup menghebohkan.

Jika kita analogikan dengan sistem tata surya kita, maka bintang Gliese 581 berfungsi seperti "matahari" (Matahari sendiri adalah sebuah bintang), sedangkan enam planet itu seperti planet-planet pada sistem tata surya kita.

Enam planet misterius ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama bintang yang menyertainya. Jadi, para astronom (yang sepertinya kurang kreatif) memberikan nama masing-masing planet dengan sebutan Gliese 581e, b, c, g, d dan f.

Dari antara enam planet tersebut, Gliese 581g adalah yang paling mungkin menampung kehidupan.

Para astronom memperkirakan kalau Gliese 581c memiliki karakteristik seperti Venus. Sedangkan Gliese 581d memiliki karakteristik seperti Mars.

Posisi Gliese 581g berada diantara Gliese 581c (yang seperti Venus) dan Gliese 581d (yang seperti Mars). Jika kembali menganalogikannya dengan sistem tata surya kita, maka itu artinya Gliese 581g berada pada posisi yang mirip dengan bumi (yang berada di antara Mars dan Venus). Jadi, ada kemungkinan kalau planet ini juga memiliki karakteristik yang serupa dengan bumi.


Kembaran Bumi?
Lalu, apakah Gliese 581g bisa disebut kembaran bumi?

Tidak juga. Coba bandingkan karakteristiknya dengan planet Bumi.

Gliese 581g memiliki diameter 1,2 hingga 1,4 kali bumi. Massanya sekitar 3,1 hingga 4,3 kali massa bumi. Temperatur di permukaannya berkisar antara -31 derajat celsius hingga -12 derajat celcius. Planet ini kemungkinan memiliki gravitasi yang mirip dengan bumi dan satu tahun di planet ini sama dengan 37 hari di bumi.

Menariknya, posisi planet ini "terkunci" (tidal locked) dengan bintangnya. Artinya, waktu yang dibutuhkannya untuk berotasi pada sumbunya sama dengan waktu yang dibutuhkannya untuk mengelilingi bintangnya. Ini menyebabkan satu sisi planet ini selalu mengalami kegelapan dan satu sisi lainnya selalu mengalami terang. Posisi seperti ini juga dimiliki Bulan terhadap Bumi. Jika kita menyadarinya, setiap malam, sesungguhnya kita selalu melihat permukaan bulan yang memiliki citra seperti kelinci.

Walaupun tidak terlalu mirip dengan bumi, menurut para astronom, karakteristik yang dimilikinya masih memungkinkan bagi kehidupan untuk berkembang. Namun, misteri yang menyelimuti planet ini bertambah dalam ketika seorang astronom Australia bernama Dr.Ragbir Bhathal mengklaim pernah menerima sinyal misterius dari arah Gliese 581 pada Desember 2008. Dr.Bhathal adalah anggota SETI (Search for Extra Terestrial Inteligent) cabang Australia. SETI sendiri adalah organisasi yang dibentuk khusus untuk mencari sinyal-sinyal komunikasi dari angkasa luar.

Mungkinkah penghuni Gliese 581g mengirim sinyal ke bumi?

Apakah benar-benar ada kehidupan di planet itu?

Bagaimana Astronom lain menganggapinya?
Bagi penemunya, tidak ada keraguan. Ia yakin kalau planet itu memiliki kehidupan. Steven Vogt, astronom dari University of California yang menemukannya, berkata dalam jumpa pers:
"Menurut perasaan saya, kemungkinan adanya kehidupan di planet ini adalah 100 persen. Saya tidak meragukannya."
Tetapi, Jika kita meminta Vogt untuk membuktikannya, maka sepertinya hal itu akan menjadi masalah besar. Karena itu, rekan Vogt, Paul Butler dari Carnagie Institution of Washington, yang ikut dalam jumpa pers ini segera meluruskan pernyataan Vogt. Ia berkata:
"Setiap diskusi mengenai adanya kehidupan di planet ini murni spekulatif. Pertanyaan yang lebih tepat adalah, jika planet ini mengandung air, bagaimana kita bisa yakin kalau tidak ada kehidupan disana?"
Yup, Pernyataan ini lebih rasional.

Bukan hanya bagi Butler, bagi astronom lain, klaim Vogt juga dianggap berlebihan.

Phil Plait, seorang penulis dan astronom yang memiliki website badastronomer.com beranggapan kalau klaim Vogt terlalu dibesar-besarkan oleh media. Ia berkata:
"Saya mengerti maksud Vogt, Ia berpikir kalau planet itu "mungkin" memiliki kehidupan. Namun, media telah mengambil klaim itu dan memberitakannya secara berlebihan."
Juan Cabanela, seorang ahli astrofisika dari Minnesota State University, berkata:
"Mengklaim kalau Gliese 581g memiliki 100 persen kemungkinan adanya kehidupan adalah sesuatu yang sangat berlebihan. Soalnya kita hanya punya satu sampel planet yang memiliki kehidupan (bumi)."
Stu Atkinson dari Universe Today juga punya tanggapan:
"Klaim itu 100 persen menggelikan. Tidak ada yang bisa mengetahui hal itu dengan pasti."
Pernyataan Stu Atkinson cukup tajam. sampai saat ini, apa yang disampaikan oleh Vogt memang baru sebatas asumsi. Merekapun belum menemukan bukti adanya air ataupun atmosfer di Gliese 581g.

Namun, bagaimanapun juga, penemuan ini tetap menarik perhatian luas dan menimbulkan semangat baru bagi astronom untuk menghabiskan waktu lebih banyak di ruang observatorium mereka.

Jon Jenkins dari SETI berkata:
"Saya memperkirakan kalau Gliese 581g hanyalah puncak dari gunung es. 15 atau 20 tahun yang lalu, hanya sedikit orang yang percaya kalau kita bisa menemukan extrasolar planet seperti itu. Namun kita menemukannya dan ini menunjukkan seberapa jauh kita telah melangkah."
Jika kita memutuskan untuk pergi ke Gliese 581g
Lalu pertanyaannya adalah, Bagaimana kita yakin kalau tidak ada kehidupan disana?

Bagaimana kita bisa membuktikannya?

Sayangnya, mungkin kita tidak akan pernah bisa membuktikannya.

Jika ingin membuktikan apakah Gliese 581g memiliki kehidupan atau tidak, maka kita harus mengunjungi planet nun jauh itu. Tetapi, pergi ke Gliese 581g tidak sama dengan pergi ke bulan. Jika kita ingin pergi ke Gliese 581g, maka persoalannya bukan masalah teknik lagi, melainkan sudah masuk ke masalah fisika.

Gliese 581g memiliki jarak 20,5 tahun cahaya. Itu artinya, jika kita memiliki sebuah pesawat yang bergerak dengan kecepatan cahaya (300.000km/detik), maka dibutuhkan waktu selama 20,5 tahun untuk mencapai planet itu.

Namun, hukum fisika (yang kita ketahui) mengatakan kalau setiap benda yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan musnah menjadi energi. Jadi, untuk saat ini, mari kita lupakan pesawat yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya.

Bagaimana dengan pesawat antariksa kita?

Untuk diketahui, 1 tahun cahaya sama dengan 10 trilyun kilometer. Pesawat antariksa yang kita miliki saat ini memiliki kecepatan 28.000 mil/jam. Dengan kecepatan ini, maka akan dibutuhkan waktu sekitar 766.000 tahun bagi kita untuk sampai ke Gliese 581g. Seingat saya, 766.000 tahun yang lalu, manusia modern belum ada di muka bumi. Kalian boleh menanyakannya kepada kaum Kreasionis ataupun Evolusionis.

Untuk tidak memperpanjang tulisan ini, maka saya akan melewatkan kemungkinan lain seperti Warp, Wormhole atau teknik lainnya yang kalian saksikan di film Star Trek.

Jadi, kita memang tidak bisa datang ke planet itu dan melihat apakah ada kehidupan atau tidak. Apa yang bisa kita lakukan hanyalah mengirimkan sinyal-sinyal yang mudah-mudahan dimengerti oleh para penghuni planet tersebut.

Usaha ini sudah dilakukan oleh beberapa pihak. Misalnya, perusahaan pembuat film dokumenter RDF dan situs social networking Bebo telah menggunakan teleskop radio di Ukraina untuk mengirim 500 pesan dari publik dengan menggunakan gelombang radio ke arah Gliese 581.


Namun, sinyal itu sepertinya akan mengalami perjalanan yang panjang.

Jika kita memutuskan untuk mengirim sinyal cahaya, maka sinyal tersebut baru akan terlihat oleh penghuni Gliese 581g sekitar 20,5 tahun kemudian. Dan jika mereka memutuskan untuk membalas sinyal kita, maka kita akan menerima sinyal balasan tersebut 20,5 tahun berikutnya. Jadi, dibutuhkan waktu paling tidak 41 tahun untuk mendapatkan sebuah percakapan. Waktu yang sangat panjang untuk "just to say hello".

Kehidupan di planet lain dan asal mula kehidupan

Baiklah, Dr.Vogt memang berlebihan ketika ia menggunakan kata "100 persen kemungkinan". Namun sayangnya, klaim-klaim yang berlebihan sejenis ini begitu biasa kita dengar. Ketika tulang-belulang seekor lemur atau monyet ditemukan di lapisan tanah dalam, para peneliti akan segera mengumumkan kepada dunia kalau mereka telah menemukan missing link, bahkan walaupun mereka tidak pernah memberikan kesempatan kepada peneliti lain untuk melihatnya.

Ketika puing-puing batu yang sepertinya tersusun rapi ditemukan di sebuah pulau terpencil, maka para peneliti akan segera mengumumkan kalau Atlantis telah ditemukan, bahkan tanpa berusaha untuk menemukan bukti-bukti lain yang lebih pasti.

Tidak heran. Hampir semua ilmuwan berambisi untuk mencatatkan namanya dalam sejarah.

Untuk kasus Gliese 581g, sepertinya kita harus kembali kepada pernyataan Paul Butler kalau semuanya "Murni spekulatif". Namun, tetap harus diakui kalau penemuan ini cukup menggembirakan.

Ada baiknya kita mencermati kalimat dari Dr.Stuart Clark, penulis dan jurnalis astronomi:
"Sampai kita mengetahui lebih lanjut mengenai planet ini (Gliese 581g) dan asal-usul kehidupan itu sendiri, setiap klaim yang menyebutkan adanya kehidupan tertentu di dalamnya adalah klaim yang idiot dan tidak memenuhi standar sains."
Oke, kata "idiot" memang terlalu kasar. Namun, yang ingin saya garisbawahi adalah kalimat sebelumnya.

Memang, sebaiknya para peneliti mencari bukti lanjutan mengenai planet ini dan memahami asal-usul kehidupan terlebih dahulu (jika bisa). Jika kita sudah melakukan semua itu, mungkin suatu hari kita baru bisa mengatakan kalau Planet Gliese 581g yang misterius ini memiliki "kemungkinan adanya kehidupan sebesar 100 persen".

Read more: http://wawanwae.blogspot.com/2009/01/cara-membuat-related-post-posting.html#ixzz0rTVhPOvn
READ MORE - Apakah ada kehidupan di planet Gliese 581g?